"Bernostalgia di pesantren"

Pertatama-tama dari dalam hati saya mengatakan, siapa aku?Untuk apa aku ada di dunia ini ? Pertanyaan ini terjawab ketika saya ada di pesantren.

Sedikit profil pribadi saya, nama saya syupratman biasa di panggil syupra, anak ke-dua dari tiga saudara  bapak kamaludin dan ibu kalisom, saya SD di kampung yaitu SDN Inpres Padende, kemudian SMP/ MTS dan SMA/MA di pesantren salman dompu desa O'O.

Serangkain perjalan menuju pesantren, tergambarkan berikut.

Selesai dari SD,kemudian lanjut ke MTS dari awal tujuan dari saya untuk masuk pesantren adalah untuk bisa "mengaji" karena pada dasarnya saya waktu SD sempat di ucilkan karena tidak bisa mengaji paling kalau pergi mengaji ke guru ngaji baca yang sudah di hafal padahal alif saja belum tau, ada faktor yang memotifasi saya dalam hal mengaji selain dari kita sebagai umat islam, terkisah bahwasanya ketika ada MTQ di kampung kira-kira pada Tahun 2006/2007 ketika salah seorang peserta MTQ menghampiriku dan berkata "kalau kamu mau ikut MTQ pintarlah mengaji" dari kaka-kata inilah yang mendorong saya untuk pergi belajar di pesantren dan bernostagia di pesantren.  walaupun masih bingung apa itu pesantren?

Saat itu saya dan sama teman saya,muhidin dan m, tahir hadir bersama di pesantren dan yang mengantarnya adalah bapak safarudin, sesaat di pesantren kami di jemput kaka kami yang satu kampung yaitu kaka Ahmad,Syahrul dan kaka Muh. Nasirt, yang kebetulan pada saat itu barang barang kami langsung di bawa ke mesjid kebetulan kamarnya kakanda itu ada di samping mesjid. satu dua jam mulai melirik lirik  di samping ,depan, belakang dan merasa kebinggungan melihat disekitar hanya hutan belantara dan merinding ,mulai merasa sepi seakan akan ingin kembali ke kampung karena terisolasi dengan teman-teman di kampung.

Kini tibalah Waktu mengaji teringat kakanda syahrul membawa Al~Quran dan bertanya sudah bisa baca Al ~Quran ke saya,dengan tegas saya jawab belum ka, lanjut ka Syahrul membuka isi Al~Quran dan suru membaca dan masih tersimpan dibenakku waktu itu saya baca "ALLAJI" Padahal dalam Al~Quran tidak ada ALLAJI, langsung kak syahrul suru baca dan memberi IQRA, melihat IQRA yang di berikan terlihat kecil saya,muhidin dan muh.Tahir bertekat untuk membeli IQRA yang besar.

Mulai masuklah waktu belajar untuk magribnya karena pesantren saya waktu itu waktu yang afdol untuk mengaji adalah ba'da Asar, Magrib sampai jam 10 dan subuh hanya mengaji dan mengaji dari situlah Animo saya hadir dan saya katakan "tidak bisa pulang sebelum pintar mengaji." terlihat waktu itu hanya saya,muhidin dan m.tahir yang pegang IQRA, karena satu pesantren itu ada dari berbagai daerah, baik bima, dompu,lombok dan sumbawa, teman teman  saya yang di dompu,lombok semua pegang Al~Quran besar, saya meras bahwa teman teman saya pintar pintar mengaji yea, masuklah waktu mengaji di tes satu persatu oleh ustadz, di situlah mulai berguguran dan turun membaca IQRA, dan di situlah kami semua yang membaca IQRA berlomba-lomba untuk mengakhiri IQRA dan sampai akhirnya saya yang paling cepat naik/ membaca Al~Quran  di sinilah ustadz membina untuk selanjutnya Menghafal Al~Quran
Dan sampai hari ini masih tertanam hafalan~hafalan bersama ustadz. Inilah history dari perjalanan saya ke pesantren.

kemudian pertanyaan yang terjawab ketika saya ada di pesantren,
 siapa aku? Jawabanya akulah manusia ciptaan Allah yang bertugas untuk memimpin bumi ini sebagimana di jelaskan di dalam Al~Quran "khlifah" pemimpin, makmurnya bumi di tentukan oleh kita, bukan yang lain dan sinilah aku mengenal namaku syupratman di panggil syupra sempat ustadz dikira nama syupra adalah nama biken dan nama inilah yang terukir indah di lauhul mahfuz.
Untuk apa aku ada di dunia ini? Jawabanya  yaitu selain memakmurkan bumi juga mengabdi kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah : " tidaku ciptakan jin dan manusia selain mengabdi kepada Allah SWT.

"Pendidikan ala pesantre"
Pesantren dengan revolusi pendidikan yang begitu baik,
Jauh sebelum itu kita ketahui arti dari pendidikan bahwasanya  pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ’an’ yang berarti proses atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa yakni perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelokmpok orang dalam usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran.

Menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, pengertian pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Dipesantren inilah saya melihat bagaimana gaya pendidikan ala pesantren , yang mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan pesantren menuntun kita peran aktif dalam berfikir dan berbicara dengan begitu kita akan berani berbicara di depan umum, baik skala nasional maupun internasional, ustadzku berpesan bahwa orang yang bisa karena terbiasa, maka disini kami disuruh untuk berani berbicara walaupun saya sering bicara sendiri dan di kira orang gila, disinilah disisihkan dalam pesantren dikhusus untuk muridnya untuk peran aktif, lalu kemudian dalam rana IPTEK, pesantren tidak menutup muridnya untuk mempraktekan teknologinya berkemajuan karena di dalam pesantren di persiapkan rana dan prasarana demi mempersiapkan pemuda harapan bangsa.

Kita tahu bahwa pendidikan adalah wadah untuk anak dalam menumbuh kembangkan potensi diri, soft skill, dan kognitif, pendidikan juga yang menjadi ujung tombak dalam perkembangan suatu bangsa, karena mampu mencetak generasi yang terdidik dan terlatih, serta memberantas buta aksara yang masih ada di antara sekian banyak penduduk Indonesia ini, dan saya yakin bahwa pendidikan akan selalu seiring dengan perkembangan zaman, dan bersifat kontemporer dan di pesantren inilah saya menemukan jati diri. Dalam UUD 1945 sudah dijelaskan bahwa pendidikan menginginkan karakter manusia yang berakhlak mulia, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan cerdas dalam kehidupannya.

Amanat UUD 1945 terssebut dijabarkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (1) menjabarkan substansi pendidikan sebagai usaha sadar dan trencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pesantren ini menanamkankan ideologi kita, dan menjadi konsep dalam hidup kita.

Pendidikan ala pesantren menggabarkan pendidikan di era globalisasi saat ini dengan semakin berkembangnya alat-alat tekhnologi yang semakin canggih, tekhnologi mutakhir telah lahir, gaya hidup mulai sedikit terkontaminasi, fashion sudah menjadi trend, dan yang lainnya, inilah yang kita hadapi, dan bukanlah soal yang besar atas hadirnya hal ini. Yang terpenting sikap kita dalam menjaga budaya luhur bangsa, tanpa menolak hal baru pada perkembangan zaman sebut saja akulturasi budaya.

Berbicara tentang globalisasi maka kita juga menoleh pada dunia pendidikan yang sudah semestinya mempersiapkan sistem yang bersinergi dengan perkembangan zaman, karena pendidikan menjadi alternative solutif untuk menyikapi datangnya era kekinian, tinggal bagaimana nantinya sikap pemerintah merumuskan sitem yang sesuai.

Dewasa ini sering banyak kita jumpai penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat Negara, pelajar atau mahasiswa, lalu siapa yang kita salahkan ? apakah pelaku penyimpangan itu ? itu semua sudah terjadi, akan tetapi memikirkan bagaimana menemukan solusi alternative, untuk memberantas itu. Inikah yang kita banggakan dari bangsa kita ? tertawa kalau anda melihat bangsa yang kaya melimpah sumber daya alam, sedangkan manusianya tak bermoral, dan bukan globalisasi yang kita salahkan, karena hal yang sangat wajar jika manusia menciptakan hal yang baru, itu sudah menjadi kewajiban dari manusia untuk berinisiatif, dan sudah saatnya kita mengkaji bagaimana meminimalisir bahkan memberantas penyimpangan yang telah terjadi, solusi cerdas adalah pemerintah bagaimana merumuskan dengan baik sistem pendidikan yang tepat dalam menghadapi perkembangan zaman, karena kita tahu bahwa pendidikan lah yang menjadi poros penting dalam mencetak generasi intelektual yang bermoral dan berperan dala kemajuan bangsa Indonesia.

Dengan ini pendidikan karakter sangat diperlukan dalam mengawal moral anak bangsa, entah bagaimana mengaplikasikannya itu telah menjadi pekerjaan rumah bagi lembaga pendidikan masing-masing, tinggal bagaimana sosialisasi dari kemendikbud tentang sistem pendidikan yang terbaru, yakni tentang penerapan pendidikan pancasila, pelatihan guru, pembenahan pada sistem perkuliahan di fakultas pendidikan dan perumusan kurikulum yang telah didukung oleh pemerataan fasilitas pendidikan di seluruh Indonesia. Dengan ini maka diharapkan terwujudnya pendidikan pendidikan yang siap menghadapi tantangan zaman, serta menghasilkan generasi muda yang cerdas dan bermoral.

Maka dari itu disimpulkan bahwa bukanlah pendidikan yang salah tetapi orangnyalah yang mengaktualisasinya yang salah mengamalkanya dan tidak pahan akan arti pendidikan.

By syupratman

Komentar

Posting Komentar